aku ingin bercerita
tentang sebuah rasa.
aku menyukaimu, entah sejak kapan.
mungkin sejak sore di gubuk itu, saat aku tak sengaja memperhatikanmu yg sedang sholat ashar.
atau mungkin sejak kamu mulai menunjukkan kejailan dan keusilanmu yg suka mengerjai orang lain, dan aku akan menertawakan tingkah dan leluconmu.
atau mungkin sejak aku kebingungan tentang banyak hal, lalu kamu membantuku.
atau mungkin sejak pagi itu, pagi di mana kita akan meninggalkan tempat pertama kali kita bertemu.
atau mungkin sejak kamu menemaniku malam itu, padahal aku tak memintamu.
atau mungkin sejak aku meminta tolong padamu ini itu.
atau mungkin sejak aku mengeluh padamu ini itu.
atau mungkin sejak kamu dan aku sering pamer hal-hal yg ngga penting. tapi itu menyenangkan, sungguh.
atau mungkin sejak malam ketika kamu menghapus air mataku. ya, malam itu aku kesal, dan tanpa sadar aku menangis. lalu kamu menghampiriku dan mengulurkan jemarimu, mengusap pipiku. malam itu, aku tidak merasa senang ataupun kegirangan. tapi aku juga tidak merasa risih ketika kamu menghapus air mataku. aku hanya merasa nyaman.
atau mungkin sejak teman-temanku sering menggodaku, bahwa kamu selalu memberi perhatian tersirat untukku. aku hanya mengabaikannya saat itu, dan menganggap itu hanya lelucon mereka.
atau mungkin sejak kamu mengenalkan pacarmu padaku. padahal, dari awal mengenalmu aku sudah tahu kalau kamu punya pacar. tapi sebelumnya, aku tak merasa cemburu atau apapun.
atau mungkin sejak ..
entahlah, aku tak tahu kapan tepatnya aku mulai menyukaimu.
ketika itu, tiba-tiba aku menyadari bahwa aku cemburu dengan pacarmu.
ketika itu, tiba-tiba aku menyadari bahwa aku menyukaimu.
lalu aku sadar, aku tidak boleh meneruskan rasa ini, karena hanya akan membuatku terluka. maka sebelum rasa ini menjadi semakin dalam, aku memutuskan untuk menyudahi semuanya. aku memutusan untuk keluar dari zona nyaman, dan tidak boleh lagi bergantung padamu.
tapi, aku memang pengecut.
harusnya aku bersikap biasa saja ketika bertemu denganmu. namun aku malah menghindar setiap kali bertemu denganmu. kadang, aku pura-pura tidak melihatmu. kadang, aku pura-pura sibuk dengan yg lain.
aku tak tahu, apakah kamu menyadari sikapku atau tidak.
aku hanya berusaha untuk tidak bergantung lagi padamu, agar aku tak semakin menyukaimu. tapi ternyata tidak mudah. karena tanpa aku sadari, ternyata sangat sering aku bergantung padamu. aku terlalu nyaman saat menceritakan semuanya padamu, sehingga tidak menyadari rasa yg menyusup dengan amat perlahan. lalu ketika aku sadar, rasa itu sudah berakar dengan kuat di hatiku.
aku harus bagaimana?
kalau biasanya, ketika hari terasa penat dan melelahkan, aku akan mengeluh padamu dan bercerita tentang semua yg terjadi hari itu. dan kamu akan mendengarkan seperti biasa.
tapi sekarang, aku harus menahan diriku untuk tidak menghubungimu. sungguh berat rasanya bagiku saat itu.
kalau biasanya, ketika aku sedang sangat senang, aku akan menghubungimu dan memamerkan kegembiraanku padamu. dan kamu akan tertawa, seperti biasa.
lalu sekarang, ketika aku sedang sangat gembira, kepada siapa aku harus menceritakannya?
sungguh tak mudah bagiku.
lalu, apakah aku bisa benar-benar menghindarimu?
tidak!
beberapa kali aku masih sering mengirim pesan padamu. dan aku hanya tahu mengeluh setiap mengirim pesan, walaupun sebenarnya tidak ingin. aku hanya ingin tahu bagaimana kabarmu, tapi aku tidak pernah berani menanyakan itu. pada akhirnya aku hanya mengeluh padamu seperti yg biasa kulakukan. tapi kamu tetap mendengarkanku walaupun aku sudah menghindarimu.
sekarang, kita udah ngga seakrab dulu lagi.
kalau biasanya kita bertemu, kita saling berteriak memanggil nama, lalu kita akan bercerita, bercanda, dan pamer satu sama lain.
sekarang, kalau kita bertemu, aku ngga tahu apa yg harus aku lalukan terhadapmu. haruskah aku menyapa? atau pura-pura tidak lihat saja, dan berpaling muka?
kalau sudah terlanjur menyapa, aku tidak tahu apa yg harus kulakukan selanjutnya.
haruskah aku bercerita? tapi aku tidak tahu apa yg harus aku obrolkan denganmu.
haruskah aku bercanda? tapi aku tidak tahu bahan bercandaan yg bisa membuat kita tertawa jika suasananya seperti ini.
haruskah aku pamer? sepertinya tidak ada lagi hal yg bisa aku pamerkan.
pada akhirnya aku hanya diam dan pergi.
sejak aku menghindarimu, aku telah membuat suasana menjadi canggung dalam pertemanan kita.
pertemanan yg baru berlangsung beberapa bulan, aku telah membuatnya menjadi canggung selama bertahun-tahun.
aku menyesal.
tapi waktu tidak bisa diputar ulang.
sepanjang sisa pertemanan kita, aku hanya bisa berpikir, mengapa dulu aku menghindarimu? kalau saja dulu aku tidak menghindarimu, mungkin tidak akan seperti ini.
tapi aku bisa apa?
penyesalan hanyalah percuma.
setelahnya, aku belajar berhenti menyukaimu.
aku belajar menyukai orang lain. walaupun tidak mudah.
pada akhirnya, aku pernah menyukai orang lain.
tapi, aku selalu merasa menyesal terhadapmu.
karena meskipun aku menghindarimu, kamu masih mau mendengarkanku setiap aku mengirim pesan.
meskipun aku selalu menghindarimu, kamu masih ingat untuk mengucapkan selamat di hari-hari yg penting bagiku
aku selalu ingin minta maaf padamu, tapi aku tidak punya keberanian untuk itu.
aku tidak tahu bagaimana memulainya jika ingin meminta maaf padamu.
sepanjang sisa pertemanan kita, aku hanya bisa menyesal.
hingga pada suatu hari, kukumpulkan keberanianku untuk meminta maaf.
kamu hanya menanggapinya biasa saja waktu itu.
aku anggap kamu memaafkanku jika seperti itu.
lega rasanya setelah aku meminta maaf.
tapi, apa setelahnya aku bisa berhenti menyukaimu.
belum!
sampai-sampai aku tidak tahu apa yg harus kulakukan terhadap diriku sendiri.
untukmu teman, maafkan aku.
meskipun aku sudah berkali-kali berkata bahwa aku menyerah, namun aku masih terus memanggilmu.
meskipun aku selalu ingin melupakanmu, tapi aku malah sengaja memikirkanmu.
sesekali aku masih memanggil namamu, mungkin itu mengganggu. aku harap kamu abaikan saja setiap aku memanggilmu.
meskipun aku berkali-kali berpikir bahwa kamu orang yg penting untukku, tapi kenyataannya kamu hanya seorang yg kukenal, teman lama yg udah ngga pernah ketemu lagi, apalagi main bareng.
maafkan aku kalau aku masih terus memanggilmu. abaikan saja aku.
sekali lagi maafkan aku.
aku tidak pernah sekalipun menyalahkanmu atas apa yg sudah terjadi dalam pertemanan kita.
aku juga tidak menyalahkan keadaan yg telah menjadi seperti ini.
bagiku, ini hanya suatu pembelajaran yg setiap orang pasti pernah mengalaminya.
sekarang, yg perlu kulakukan hanyalah memaafkan diri sendiri, dan berdamai dengan perasaanku.
dan untukmu, terimakasih karena telah menjadi temanku.