Kamis, 28 Mei 2015

surat untuk teman lama

untuk seorang teman lama
aku ingin bercerita
tentang sebuah rasa.

aku menyukaimu, entah sejak kapan.
mungkin sejak sore di gubuk itu, saat aku tak sengaja memperhatikanmu yg sedang sholat ashar.
atau mungkin sejak kamu mulai menunjukkan kejailan dan keusilanmu yg suka mengerjai orang lain, dan aku akan menertawakan tingkah dan leluconmu.
atau mungkin sejak aku kebingungan tentang banyak hal, lalu kamu membantuku.
atau mungkin sejak pagi itu, pagi di mana kita akan meninggalkan tempat pertama kali kita bertemu.
atau mungkin sejak kamu menemaniku malam itu, padahal aku tak memintamu.
atau mungkin sejak aku meminta tolong padamu ini itu.
atau mungkin sejak aku mengeluh padamu ini itu.
atau mungkin sejak kamu dan aku sering pamer hal-hal yg ngga penting. tapi itu menyenangkan, sungguh.
atau mungkin sejak malam ketika kamu menghapus air mataku.  ya, malam itu aku kesal, dan tanpa sadar aku menangis. lalu kamu menghampiriku dan mengulurkan jemarimu, mengusap pipiku. malam itu, aku tidak merasa senang ataupun kegirangan. tapi aku juga tidak merasa risih ketika kamu menghapus air mataku. aku hanya merasa nyaman.
atau mungkin sejak teman-temanku sering menggodaku, bahwa kamu selalu memberi perhatian tersirat untukku. aku hanya mengabaikannya saat itu, dan menganggap itu hanya lelucon mereka.
atau mungkin sejak kamu mengenalkan pacarmu padaku. padahal, dari awal mengenalmu aku sudah tahu kalau kamu punya pacar. tapi sebelumnya, aku tak merasa cemburu atau apapun.
atau mungkin sejak ..
entahlah, aku tak tahu kapan tepatnya aku mulai menyukaimu.
ketika itu, tiba-tiba aku menyadari bahwa aku cemburu dengan pacarmu.
ketika itu, tiba-tiba aku menyadari bahwa aku menyukaimu.
lalu aku sadar, aku tidak boleh meneruskan rasa ini, karena hanya akan membuatku terluka. maka sebelum rasa ini menjadi semakin dalam, aku memutuskan untuk menyudahi semuanya. aku memutusan untuk keluar dari zona nyaman, dan tidak boleh lagi bergantung padamu.
tapi, aku memang pengecut.
harusnya aku bersikap biasa saja ketika bertemu denganmu. namun aku malah menghindar setiap kali bertemu denganmu. kadang, aku pura-pura tidak melihatmu. kadang, aku pura-pura sibuk dengan yg lain.
aku tak tahu, apakah kamu menyadari sikapku atau tidak.
aku hanya berusaha untuk tidak bergantung lagi padamu, agar aku tak semakin menyukaimu. tapi ternyata tidak mudah. karena tanpa aku sadari, ternyata sangat sering aku bergantung padamu. aku terlalu nyaman saat menceritakan semuanya padamu, sehingga tidak menyadari rasa yg menyusup dengan amat perlahan. lalu ketika aku sadar, rasa itu sudah berakar dengan kuat di hatiku.
aku harus bagaimana?
kalau biasanya, ketika hari terasa penat dan melelahkan, aku akan mengeluh padamu dan bercerita tentang semua yg terjadi hari itu. dan kamu akan mendengarkan seperti biasa.
tapi sekarang, aku harus menahan diriku untuk tidak menghubungimu. sungguh berat rasanya bagiku saat itu.
kalau biasanya, ketika aku sedang sangat senang, aku akan menghubungimu dan memamerkan kegembiraanku padamu. dan kamu akan tertawa, seperti biasa.
lalu sekarang, ketika aku sedang sangat gembira, kepada siapa aku harus menceritakannya?
sungguh tak mudah bagiku.

lalu, apakah aku bisa benar-benar menghindarimu?
tidak!
beberapa kali aku masih sering mengirim pesan padamu. dan aku hanya tahu mengeluh setiap mengirim pesan, walaupun sebenarnya tidak ingin. aku hanya ingin tahu bagaimana kabarmu, tapi aku tidak pernah berani menanyakan itu. pada akhirnya aku hanya mengeluh padamu seperti yg biasa kulakukan. tapi kamu tetap mendengarkanku walaupun aku sudah menghindarimu.

sekarang, kita udah ngga seakrab dulu lagi.
kalau biasanya kita bertemu, kita saling berteriak memanggil nama, lalu kita akan bercerita, bercanda, dan pamer satu sama lain.
sekarang, kalau kita bertemu, aku ngga tahu apa yg harus aku lalukan terhadapmu. haruskah aku menyapa? atau pura-pura tidak lihat saja, dan berpaling muka?
kalau sudah terlanjur menyapa, aku tidak tahu apa yg harus kulakukan selanjutnya.
haruskah aku bercerita? tapi aku tidak tahu apa yg harus aku obrolkan denganmu.
haruskah aku bercanda? tapi aku tidak tahu bahan bercandaan yg bisa membuat kita tertawa jika suasananya seperti ini.
haruskah aku pamer? sepertinya tidak ada lagi hal yg bisa aku pamerkan.
pada akhirnya aku hanya diam dan pergi.
sejak aku menghindarimu, aku telah membuat suasana menjadi canggung dalam pertemanan kita.
pertemanan yg baru berlangsung beberapa bulan, aku telah membuatnya menjadi canggung selama bertahun-tahun.
aku menyesal.
tapi waktu tidak bisa diputar ulang.
sepanjang sisa pertemanan kita, aku hanya bisa berpikir, mengapa dulu aku menghindarimu? kalau saja dulu aku tidak menghindarimu, mungkin tidak akan seperti ini.
tapi aku bisa apa?
penyesalan hanyalah percuma.

setelahnya, aku belajar berhenti menyukaimu.
aku belajar menyukai orang lain. walaupun tidak mudah.
pada akhirnya, aku pernah menyukai orang lain.
tapi, aku selalu merasa menyesal terhadapmu.
karena meskipun aku menghindarimu, kamu masih mau mendengarkanku setiap aku mengirim pesan.
meskipun aku selalu menghindarimu, kamu masih ingat untuk mengucapkan selamat di hari-hari yg penting bagiku
aku selalu ingin minta maaf padamu, tapi aku tidak punya keberanian untuk itu.
aku tidak tahu bagaimana memulainya jika ingin meminta maaf padamu.
sepanjang sisa pertemanan kita, aku hanya bisa menyesal.

hingga pada suatu hari, kukumpulkan keberanianku untuk meminta maaf.
kamu hanya menanggapinya biasa saja waktu itu.
aku anggap kamu memaafkanku jika seperti itu.
lega rasanya setelah aku meminta maaf.

tapi, apa setelahnya aku bisa berhenti menyukaimu.
belum!
sampai-sampai aku tidak tahu apa yg harus kulakukan terhadap diriku sendiri.

untukmu teman, maafkan aku.
meskipun aku sudah berkali-kali berkata bahwa aku menyerah, namun aku masih terus memanggilmu.
meskipun aku selalu ingin melupakanmu, tapi aku malah sengaja memikirkanmu.
sesekali aku masih memanggil namamu, mungkin itu mengganggu. aku harap kamu abaikan saja setiap aku memanggilmu.
meskipun aku berkali-kali berpikir bahwa kamu orang yg penting untukku, tapi kenyataannya kamu hanya seorang yg kukenal, teman lama yg udah ngga pernah ketemu lagi, apalagi main bareng.
maafkan aku kalau aku masih terus memanggilmu. abaikan saja aku.
sekali lagi maafkan aku.

aku tidak pernah sekalipun menyalahkanmu atas apa yg sudah terjadi dalam pertemanan kita.
aku juga tidak menyalahkan keadaan yg telah menjadi seperti ini.
bagiku, ini hanya suatu pembelajaran yg setiap orang pasti pernah mengalaminya.
sekarang, yg perlu kulakukan hanyalah memaafkan diri sendiri, dan berdamai dengan perasaanku.
dan untukmu, terimakasih karena telah menjadi temanku.



puisi untuk teman lama

mungkinkah aku rindu?
pada rinai yang tersibak
meretas bayang
melumbung angan
mungkinkah aku rindu?
pada sendu yang kerontang
meremas rona
menumbuk bara
mungkinkah aku rindu?
pada sosok yang terlupa
bertegur sapa
berpaling muka
mungkinkah aku rindu?
pada sembilu yang terbuang
meremah sesal
merumpun maaf
mungkinkah aku rindu?

Sabtu, 19 April 2014

mungkin kamu sudah lelah,
mungkin kamu sudah jenuh,
maafkan aku karena blm bisa berhenti..
biarlah waktu dan takdir yg akan menghentikanku
abaikan saja aku :)

Kamis, 17 April 2014

SPECIAL THANKS

Bogor, 20 Maret 2014

Hampir lima tahun aku merantau ke kota hujan. Meski aku sering berkata aku tak suka tempat ini, tapi aku juga selalu merindukan kota ini.
Disinilah aku mengenal ka Ruri, mbak Hilwi, mbak Na’im, mbak Elfa, ka Ana, mbak Pitri, mbak Indri, mbak Tita, Ega, Farida, Isna, dan Mamah Suci, temen-temen Elpinkers.
Disinilah aku mengenal ka Ruri, Devi, Wati, mamah Suci, Nita, Syifa, Brigita, temen-temen pelangi yg selalu mendukungku.
Disinilah, empat tahun aku mengenal Tari, Ana, Saras, Ayu, Monic, Sri, Amel, Rasta, Wiwid, Onge, Detti, Aphe, Uti, Widya, Christy, Ovin, Syeila, Indri, Fitri, Tenny, Lukman, Dika, Sita, Rafiq, Amoy, Abdhu, Jamil, Ati, Choco, Tika, Yudha, Reza, Bayu, Viviq, Wenny, Zaika, Candra, Yoshi, Giri, Imam, Affan, Rohmad, Etha, Icha, Mpus, Sari, Fahri, Cholil, Eska, Risa, Nita, Darya, Batara, Darsasa, Rezki, Rika, Galih, Handi, Alam, Yulian, Virjean, Budi, Marisky, Arga, Ucup, Dhani, temen-temen THP 46 yg ALTO (always together/alay total), hahahaa.
Disinilah, lima tahun aku mengenal Nurul, Devi, Rini, Tika, Wati, Nudhar, Nur, Ulfa, Abu, Dilla, Susan, Nanda, Siti, Ranny, Tuti, Diah, Faiz, Halimah, Hannim, Laela, Jubed, Ello, Hanifah, Irez, Ria, Afida, Martisah, Layfah, Rossi, Wiwik, Memey, Rahma, Aidah, Erni, Aisyah, Asilah, Fitri, Iqbal, Ruli, Adib, Caesar, Firman, Uki, Raki, Umam, Faqih, Kavy, Fahmi, Affan, Rohmad, Alwi, Jamal, Afdal, Arif, Aiman, Jajang, Rijal, Agung, Teguh, Iif, Eko, Umar, Ismuha, Sahlin, Lutfi, Habib, Bahtiar, Hadi, Sholah, temen-temen CSS 46, temen yg paling pertama aku kenal di Bogor.

Special Thanks for :
Temen-temen THP :
*      Zaika, Amel, Etha, Christy, Ana, sahabat-sahabat gue yg paling gila dan mengajarkan gue kegilaan, karena untuk bertahan dg segala macam tekanan, kita perlu menjadi orang gila :D
Dulu, kita sering berkata, “ kita ini kaum rata-rata yg mencoba saling menutupi dan melengkapi kekurangan masing-masing, tapi suatu saat, kita pasti akan menjadi orang sukses, dan ketika hari itu tiba, kita akan ingat saat-saat kita berkata seperti ini dg tersenyum.”
Sahabat-sahabat gue yg selalu ngedukung gue, bukan dg cara membenarkan keinginan-keinginan gue, tapi mereka yg selalu membangunkan gue dari khayalan-khayalan semu gue, dan menyadarkan gue pada kenyataan yg ada.
Sungguh, kebahagiaan tersendiri ada kalian dalam hidup gue :)

*   Detti dan Amel, temen sepenelitian gue, yg udah bareng-bareng dalam berbagai hal. Seperti jungkir balik nyari ubur-ubur, nangis bareng tiap habis ketemu dosen dan malah nambah buntu, jungkir balik ngedraft pkm demi dana penelitian, makan hati karena berbagai cibiran yg mampir. Segala kelelahan dan kesedihan kita di hari yang lalu, akan menjadi pijakan kita untuk kesuksesan kita di masa yang akan dating, dan kita akan mengingat hari-hari itu dg tersenyum :)

Temen-temen Pelangi :
Ka Ruri, Devi, Wati, Mamah Suci, Nita, Syifa, Brigita, yg udah nemenin dan selalu ngedukung selama detik-detik terakhir proses kelulusan gue :)

Temen-temen CSS :
*      Nurul, sahabat gue yg paling ngerti gue, orang yg paling pertama gue kenal di Bogor, my first roommate, sahabat yg selalu ada buat gue selama masa adaptasi dan tahun-tahun pertama gue di Bogor, yg nggak pernah lelah dengerin ocehan dan curhatan gue. Gue selalu kangen saat-saat bareng elu :)

*      Tika, sahabat gue yg paling kocak yg pernah gue kenal, yg udah nemenin gue selama masa-masa susah pertama kali di rusunawa (asrama). Selalu ada momen yg nggak bisa gue lupain tiap kali bareng Tika, kocak abiiiss :D

*  Devi, sahabat gue yg paliiing sering gue kangenin. Selalu bareng ngegalauin hal-hal yg nggak jelas, ngehedon bareng nggak peduli kocek sekarat (kalo yg ini namanya kita lagi nggak tahu diri..hahahaa). nonton bareng (FTV, drama Korea, de-el-el) sambil ngalay bareng, dan masih banyak lagi momen yg selalu gue kangenin bareng Devi :)

*      Rini, rival narsis gue, hahahaa.. sahabat yg paling demen ngerusuhin gue. Dan anehnya, gue selalu kengen dirusuhin sama dia :)

*      Ka Ruri, temen yg paling lama jadi temen kosan gue. Sumber drama Korea gue, hehee. Temen belanja dan ngehedon bareng di saat-saat pengangguran, dan merenungi nasib bareng sambil nungguin LC yg berbulan-bulan nggak turun, hahahaa :D

*      Para personil DC (Ruli, Adib, Caesar, Firman), dan para antek-antek yg lain (Umam, Faqih, Kavy, Raki, de-el-el), yg rese dan selalu bikin rusuh, dan selalu kita jadiin tumpuan kesalahan dan kesialan tiap ada acara CSS yg nggak berjalan sesuai rencana, hahahaa.. (peace :)). Tapi karena kalianlah, CSS jadi lebih hidup :)

*     Iqbal, sahabat gue yg paliiing baik dan paling tulus. Sahabat yg membuka wawasan gue tentang dunia orang-orang setengah waras. Sahabat yg paling sering gue repotin dan recokin selama masa adaptasi gue di Bogor. Sahabat yg udah ngajarin gue buat lebih banyak bersyukur dan nggak banyak ngeluh. Sahabat yg pertama kali mencambuk sekaligus ngajarin gue untuk jangan jadi orang yg cengeng dan lemah, serta harus jadi orang yg mandiri dan kuat. Makasih yaa udah ngajarin gue bertahan sampai akhir :)

Karena kalian, hidup gue di Bogor jadi bernyawa :)

Sebuah catatan, dan untuk seseorang yg nggak berani kusebutkan namanya, terima kasih untuk dongeng singkat dan mimpi indah semusim hujan :)

Sabtu, 12 April 2014

Kuliner Khas Pekalongan

Kalo anda mampir di Pekalongan, jangan Cuma mencari batik saja, tapi sempatkan untuk mencicipi kuliner khas Pekalongan. Mau tau apa aja??
yuuukk cekidot :D
*       Sego Megono

 
Megono terbuat dari nangka muda yg dicacah kecil-kecil, kemudian dikukus, dicampur dengan kelapa parut dan bumbum-bumbu yg lain. Sego berarti nasi. Kalo yg satu ini biasa disantap saat sarapan atau makan malam. Biasanya disantap bersama gorengan, kerupuk, atau sambal teri. Harga per bungkus nya hanya Rp 1.500,-

*       Soto Tauco


Soto yg satu ini berbeda dengan soto di tempat lain. Umumnya, kuah soto berwarna kuning bening, tapi soto tauco Pekalongan berwarna coklat pekat. Hal ini karena pada kuahnya ditambahkan kluwak (tauco). Rasanya pun khas, beda dari soto yg lain.

*       Pindang Tetel


Makanan ini sekilas tampak mirip rawon. Namun, rasa pindang tetel lebih segar dan gurih karena bumbu kluwak yang digunakan tidak sebanyak rawon. Pindang tetel ini biasanya dimakan dengan menggunkan kerupuk usek berwana pink dan putih yang digoreng dengan menggunakan pasir. Kalau anda lapar, bisa menambahkan lontong sebagai pelengkap. Hemm..sedap (:9)


Sabtu, 08 Februari 2014

TROUBLESOME PART 1, AND MY BELOVED MOTHER



Gue pengen sedikit cerita tentang kekreatifan (re: kenakalan) masa balita gue. Yaa, nggak jauh beda lah sama anak balita kebanyakan, yaitu NYUSAHIN emak-bapak. Hikayat ini terjadi ketika gue masih berumur 3 thn. Alkisah, pada suatu malem, gue nggak inget malem apa, gue bermimpi. Gue mimpi bapak gue dibawa pergi sama buto ijo, dengan cara yg mengerikan. Yaitu si buto ijo menggorok leher bapak gue (Na’udzubillah min dzalik). Trus dibawa pergi naik silinder yg buat nge-aspal jalan itu lho. Mungkin gue lagi kebawa cerita-cerita yg setiap malem selalu didongengin sama bapak gue.
Sejak saat itu, tiap udh lewat jam 9 malem dan bapak gue blm pulang, gue bakal terus nanya ke emak, “kapan bapak pulang? Jam berapa”  Nggak peduli emak gue ngantuk dan matanya udh merem, gue bakal terus nanya kalo bapak blm pulang-pulang juga. Soalnya gue takut kalo bapak gue dibawa pergi sama buto ijo yg kayak dimimpi gue. Dan biasanya kalo kesadaran emak gue udh tinggal 0,001 whatt, emak gue Cuma nyaut Mmm..mmm..mmm..
Keluarga gue tinggal di kampung, dan kampung gue pada saat itu hanya berpenghuni sekitar 8-9 rumah yg masing-masing terpisah cukup jauh. Dipinggir jalan masih banyak sawah membentang, dan juga pohon johar berbaris rapi di sepanjang pinggir jalan. Konon, berkisah orang-orang dikampung gue, bahwa di setiap pohon johar itu ada penghuninya. Kabarnya pula, para penghuni pohon johar ini amat gemar menggoda warga yg berkeliran di malam hari. Makanya kalo habis isya biasanya kampung gue sunyi senyap bin gelap gulita.
Bapak gue, namanya juga bapak-bapak pasti demen yg namanya LEK-LEKAN, istilah bahasa jawanya yg berarti tirakatan, begadang, atau apapun itu yg intinya adalah kongkow-kongkow bareng bapak-bapak lainnya buat cerita atau sekedar curhat, hihihii. Hanya saja berhubung rumah gue di kampung, lek-lekan ini nggak dilakukan di warkop, melainkan di rumah salah seorang warga atau di poskamling kalo lagi dapet jatah ngeronda.
Kembali ke awal hikayat, gue yg sejak mimpi serem itu selalu nanya kapan bapak gue pulang. Dan kalo udh lewat tengah bapak gue blm pulang juga, maka gemparlah gue. Menangis sejadi-jadinya sambil teriak-teriak, “mau nyusul bapaaakk!!”  dan nggak berenti-berenti sampe kedengeran satu kampung. Gimana dg emak gue?? Tentu dg segala macam cara dan usaha berusaha ngediemin gue, tapi hampir selalu gagal. Akhirnya emak gue nyerah, dan memilih nganterin gue nyusul ke bapak ke poskamling.
Betapa strongnya emak gue. Gimana nggak?! Dengan keadaan kampung kayak yg gue ceritain diatas, emak gue nekat nganterin gue nyusul bapak ke poskamling. Sesampainya disana, karena bapak gue blm kelar jadwal ngerondanya, gue ditinggal di poskamling dan emak gue pulang sendirian.
Di tempat ngeronda, gue jongkok di tanah sambil mainan kerikil. Karena mungkin rada ganjil ya anak kecil malem-malem mainan kerikil, salah satu temen bapak gue nanya.
Temen bapak : (dengan ekspresi memandang aneh), “kok anakmu malem-malem mainan tanah dan kerikil gitu?”
Bapak gue : (dengan ekspresi cuek), “biarin aja, daripada nangis nggak berenti-berenti, berisikin satu kampung.”
Itu salah satu kekreatifan masa kecil gue. Dan itu terjadi hampir setiap hari. Konon, pas gue udah gede, gue beli sesuatu (entah apa gue lupa) di warung tetangga. Gue ditanya sama tetangga gue, beliaunya juga seorang emak.
Tetangga : “eh nisa, udah gede ya sekarang.”
Gue : “hehe, iya mbak.”
Tetangga : “kamu inget nggak? Dulu jamannya kamu kecil kamu suka nangis minta nyusul bapakmu ngeronda. Sampai kedengeran satu kampung.”
Gue : “hehe, iya, inget kok.”
Tetangga : “mau-maunya ya ibumu nyusulin kamu ke tempat ngeronda. Kalo aku punya anak kayak gitu (maksudnya kayak gue waktu kecil) pasti udah aku kamplengi (tampar/pukul) habis-habisan.”
Gue : “hehe” (sambil nyengir).
Setelahnya gue merasa bener-bener bersalah sama emak gue. Tapi tenang aja, sekarang gue udah gede, dan nggak kayak gitu lagi. Gue berusaha buat nggak ngrepotin ortu lagi, meski tetap selalu bergantung atas restu dan doa emak-bapak gue. Kalo dipikir-pikir, menurut kata hati gue, emak gue adalah IBU YANG PALING IKHLAS DAN PALING SABAR DI DUNIA PADA MASA ITU.
I LOVE YOU, MOM :)
Aku bahagia dilahirkan sebagai putrimu :) (bahagia dan terharu).
Alhamdulillah..Thank You ALLAH for my MOTHER :)
Hallo semua :) :) :) (bagi yg baca)..
udah lama nggak ngisi blog, begitu dibuka, eh kosong melompong ternyata blognya.
nah, sekarang mumpung gue lagi niat ngeblog, gue coret-coret deh ini blog. moga aja bisa menghibur. yuk kita kemon :D